Selasa, 13 November 2012

Madu dan Kesehatan

Madu lebah sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan, hal ini sudah dibuktikan oleh penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pakar kesehatan dan ahli pengobatan, baik pengobatan timur ataupun pengobatan barat.

Diantara 3 manfaat madu tersebut adalah :
Madu sebagai penambah energi alami bagi tubuh disaat beraktifitas
Madu dapat membangun sistem imun (kekebalan tubuh)
Madu merupakan obat alami untuk berbagai macam penyakit

Manfaat mengkonsumsi madu sangat besar dirasakan dikala beraktifitas tinggi. Madu merupakan sumber alami dari karbohidrat yang menyediakan kekuatan dan energi untuk tubuh kita, madu dikenal sangat efektif dalam meningkatkan kinerja, daya tahan dan mengurangi kelelahan otot olahragawan. Gula alami yang memainkan peran penting dalam mencegah kelelahan selama latihan. Glukosa dalam madu diserap oleh tubuh dengan cepat dan memberikan dorongan energi segera, sedangkan fruktosa diserap lebih lambat menyediakan energi berkelanjutan. Hal ini diketahui bahwa madu juga telah ditemukan untuk menjaga kadar gula darah cukup konstan dibandingkan dengan jenis lain dari gula.

Berikut ini beberapa tips yang bisa dicoba untuk merasakan manfaat madu yang dikonsumsi:
Sebelum melakukan aktifitas khususnya bekerja dan berolahraga, ambil 1-2 sendok makan madu untuk memungkinkan Anda untuk berolahraga dan bekerja ekstra.
Jika anda merasa lelas dan lesu di pagi hari, cobalah ambil beberapa sendok madu. Sebarkan pada roti panas atau ganti gula dalam teh dengan madu untuk memberi stamina dan kehangatan bagi tubuh agar anda bersemangat lagi.
Bagi anak-anak yang mempunyai kesulitan untuk mengatasi ketegangan fisik dan mental di sekolah. Bisa dicoba dengan cara memberikan mereka beberapa roti tawar atau sandwich dengan madu sebagai selainya, juga bisa ditambahkan mentega dan daging (sandwich) untuk memastikan mereka memiliki energi yang cukup sepanjang hari. Bisa juga dengan cara memasukkan beberapa sendok madu ke dalam air botol minuman mereka.

Madu sebagai pembangun sistem imun tubuh
Di antara banyak manfaat kesehatan dari madu, diantara yang paling mengesankan adalah madu yang dapat menjadi penguat sistem kekebalan tubuh. Madu sebagai antioksidan dan sifat anti-bakteri dapat membantu meningkatkan sistem pencernaan dan membantu anda tetap sehat dan melawan penyakit. Mulai setiap hari baru dengan tonik pembersih jika anda ingin melihat manfaat kesehatan dari madu: sebelum sarapan, campurkan sesendok madu dan jus lemon dari setengah lemon ke dalam secangkir air hangat dan meminumnya, anda akan merasakan manfaatnya.

Pertanyaan Seputar Madu

Pertanyaan Seputar Madu

Apakah Madu Hutan itu?

MADU HUTAN adalah madu lebah yang 100% murni organik, diambil dari lebah hutan asli yang makanannya berbagai macam bunga yang ada di hutan, tidak ada perlakuan kimia dalam pemrosesannya.

MADU HUTAN TIDAK dipanaskan. Jika terjadi pengkristalan itu murni alami. Madu dikemas dan diekstrak dari sarang, menjaga keaslian alam dan nilai-nilai nutrisi yang terkandung didalamnya. Anda akan segera merasakan perbedaan dari madu yang biasa dijual di pasaran. Madu hutan adalah madu yang berasal dari nektar dan serbuk sari bunga hutan, yang memberikan rasa dan manfaat yang jauh berbeda.

MADU HUTAN menyediakan sumber energi yang cepat sesaat sebelum dan setelah latihan dan olahraga, dan juga membantu dalam pencernaan makanan lain.
Apakah Semua Madu Sama?

Apakah Anda tahu bahwa madu tersedia dalam berbagai varietas? Ketika lebah mengunjungi sebagian besar satu jenis bunga yang mengumpulkan nektar, madu yang mereka hasilkan memiliki rasa aroma, unik dan warna dari bunga yang tertentu. Madu lainnya adalah campuran lezat dari berbagai macam sumber bunga.
Apakah Setiap Madu Mempunyai Warna dan Rasa yang Sama?

Warna dan rasa madu berbeda tergantung pada sumber nektar (bunga-bunga) lebah madu yang mengunjunginya. Warna madu berkisar dari hampir berwarna coklat gelap, dan rasa bervariasi dari ringan sampai agak berat (khas).
Fakta Manfaat dari Madu

Sifat antimikroba

Madu memiliki kemampuan untuk dibuat sebagai pengawet makanan alami. Penelitian telah menunjukkan potensi madu untuk mengurangi pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran dan mencegah oksidasi lemak pada daging. Sebagian besar aktivitas antibakteri dari madu terjadi karena generasi hidrogen peroksida. Para peneliti telah mengidentifikasi flavonoid dalam madu, terutama asam caffeic dan asam ferulat, sebagai kontributor paling mungkin.

Sifat Antioksidan

Madu mengandung berbagai phytochemical (dan juga zat lain seperti asam organik, vitamin, dan enzim) yang dapat berfungsi sebagai sumber makanan antioksidan. Jumlah dan jenis senyawa antioksidan sangat tergantung pada sumber bunga / berbagai madu. Secara umum, lebih gelap madu telah terbukti lebih tinggi akan kandungan antioksidannya dibandingkan madu dengan warna agak terang.

MADU HUTAN ASLI "ABA ZEIN"





Madu Hutan Riau 350 ml
Rp. 45.000
(belum termasuk ongkos kirim) 


 

Selamat Datang di PT. Madu Aba Zein. Kami menjual madu hutan yang berasal dari kawasan hutan yang ada di Provinsi Riau. Kualitas suatu madu diantaranya ditentukan dari mana lebah mendapatkan makanannya, semakin banyak varietas bunga, tanaman atau pohon yang ada disekitar lebah berarti semakin banyak jenis makanannya. Itulah salah satu alasan kenapa madu hutan lebih bagus kandungan vitamin dan mineralnya dibandingkan dengan madu yang diternakan.


contact person : Pesan Facebook : Lutfi Anwar Muchtadi
                         no. cont.             : 085287650655


Sabtu, 26 Mei 2012

DEMO TOLAK LADY GAGA



Jum’at, 25 Mei, ba’da shalat jum’at, ribuan masa dari ormas-ormas Islam di Indonesia berdemo di depan gedung Kemenko Polhukam menolak konser Lady Gaga di Indonesia (Jakarta),





yang diteruskan ke kantor Polda DKI Jakarta bersama-sama dengan berjalan kaki dan menaiki kendaraan, untuk mendukung penolakan konser Lady Gaga di Jakarta dengan berorasi di depan kantor Polda DKI Jakarta.


Kemudian para masa ormas Islam melanjutkan demo-nya ke gedung kantor Polisi RI (Polri), untuk berorasi kembali digedung kantor Polri, setelah berorasi di depan kantor Kemenko Polhukam dan di depan kantor Polda Metro Jaya.



Ketika demo berlangsung tidak sengaja terfoto anak-anak remaja yang ikut demo dengan ustadz-nya, yang katanya adalah anak-anak santri dari Pesantren, dikerahkan oleh ustadz-nya untk mengikuti demo ini.L.A.M





Jumat, 04 Mei 2012

Seminar Sehari


                Seminar tentang “Persis dalam politik regional dan nasional” yang diadakan di Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Islam DKI Jakarta (Persis DKI Jakarta), dengan menghadirkan Prof. Dr. Dadan  Wildan Annas M. Hum, Tiar Anwar Bachtiar M. Hum, dan Dr. Badri Khaeruman M.A. sebagai narasumber.
                Hanya sayang dari ketiga narasumber yang hadir hanya Tiar Anwar Bachtiar, tapi seminar tetap berjalan dengan lancar dan dengan materi seminar yang disuguhkan oleh Tiar Anwa Bachtiar (yang sekarang menjabat sebagai ketua Pimpinan Pemuda Persis) cukup memeberikan gambaran bagaimana posisi politik Persis yang sesungguhnya sebagaimana yang ia tulis dalam makalahnya dalam seminar ini,  
yang secara lengkap disediakan oleh Ust Tiar (Tiar Anwar Bachtiar) dalam karyanya yang berjudul Persis dan Politik (Sejarah Pemikiran dan Aksi Politik Persis 1923-1997). L.A.M

PERSIS DAN POLITIK


Tiar Anwar Bachtiar M. Hum,
(Ketua Umum PP Pemuda Persis)
            Apa yang sebenarnya menjadi paradigm dan cita-cita politik yang diusung oleh Persatuan Islam (Persis)? Pertanyaan yang sampai saat ini masih harus terus dicarikan jawabannya, berbeda dengan organisasi yang orientasi politiknya tegas seperti Hizbu-Tahrir dan Gerakan Tarbiyah.[1]
Persoalan orientasi dan wacana politik dalam kedua gerakan tersebut memang menjadi sesatu yag sehari-hari diperbincangkan. Bahkan, bagi kedua gerakan tersebut seluruh aktivitas dakwah muara akhirnya harus didedikasikan untuk kemenangan politik dalam definisindan konsep masing-masing.[2]
Kedua gerakan di atas pun cenderung menganggap gerakannya sudah sangat komperhensi-dengan orientasi politik yang dijadikan panglimanya-sehingga seringkali merasa tidak memerlukan gerakan yang lain sebagai komplemen. Kecenderungan ini seringkali menganggap organiasasi yang lain tidak sempurna dalam gerakannya dan cenderung mudah bergeseekan dengan organisasi sejenis. Pada saat yang sama sulit membangun sinergitas gerakan dalam konteks “mitra-sejajar” dengan organisasi yang telah ada lebih dahulu.
            Mengapa dalam kasus ormas-ormas seperti Persis, persoalan politik tidak menjadi wacana dan gerakanyang inhern dalam dirinya sehingga harus aga ‘bekerja keras’ untuk mengetahui orientasi politiknya? Ada dua alas an pokok. Pertama alas an motif kelahiran. Ormas-ormas Islam yang lahir pada abad ke-20 seperti Persis, Muhamadiyah, Nahdatul-Ulama, Al-Irsyad, Sarekat Islam,[3] Al-Ittihad Islamiyah (AII), Persarikatan Ulama, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan semisalnya tidak lahir sebagai respon politik atas kondisi sezaman, kecuali sedikit dalam kasus Sarekat Islam. Ormas-ormas ini lahir dalam konteks pergulatan pemikiran keagamaan, dakwah, dan problem social yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia yang saat itu sedang terjajah. Oleh sebab itu, orientasi politiknya memang tidak terlihat langsung. Sementara ormas yang ideology dan rumus geraknya ‘diimpor’ dari Mesir (Tarbiyah, Ikhwanul Muslimin) dan Libanon (Hizbut-Tahrir) itu, berdiri sebagai respon langsung atas runtuhnya supermasi politik Islam di Turki dengan dihapusnya kekhalifahan Turki Utsmani oleh Mustafa Kemal Pasha Ataturk pada Maret 1924.
            Kedua, sepanjang sejarah gerakan organisasi Islam di Indonesia, persoalan-persoalan politik dibagi-perankan dengan organiasi yang lain yang sering disebut sebagai “partai” seperti Partai Sarekat Islam, Partai Islam Indonesia, Partai Arab Indonesia, Partai Masyumi, Partai Tarniyah Islamiyah, Partai Nahdatul Ulama dan sebagainya. Dalam konteks ini, biasanya setiap organisasi akan menyetujui konsep politik dari setiap partai yang didukungnya. Persis, Muhamadiyah, AII, dan Persyarikatan Ulama yang menjadi eksponen utama Masyumi dari kalanan organisasi masa Islam memiliki persetujuan penuh terhadap visi politik Masyumi dengan semua paradigma politik yang digunakannya. Ada pula ormas yang kemudian mengubah diri menjadi partai seperti dalam kasus Sarekat Islam, Perti, NU. Akan tetapi, secara paradigma dasar bergerakan dan berorganisasi tidak terlampau beda dengan yang lain. Ini terbukti setelah gerakan politik mereka terus tergerus semuanya oleh kekuatan Orde Baru, mereka kemali menjadi ormas non-politik.
            Melihat pada posisi masing-masing ormas ini sepanjang sejarahnya, bisa disimpulkan bahwa setiap gerakan ini berfokus pada sebagian bidang, sementara bagian yang lain diserahkan pada gerakan lain. Oleh sebab itu, sangat dimungkinkan berdiri organisasi lain yang orientasinya berlainan akan mendapat dukungan. Bila ada yang secara khusus mengarjakan urusan politik, maka ormas-orams ini akan ikut mendukung. Bila ada yang bergerak khusus dalam bidang ekonomi, maka juga akan ada dukungan. Bahkan saat ada yang secara khusus bergerakan dibidang pemikiran kontemporer yang belum dikerjakan oleh ormas-ormas ini, juga akan ccenderung didukung. Oleh sebab itu pula, sebetulnya ormas-ormas dengan paradigma gerakan  yang hamper sama ini relative lebihmudah bersinergi dibandingkan dengan organisasi yang lahir dalam konteks yang berbeda dan paradigma yang berbeda pula.
            Persis pun rupanya lahir dalam konteks yang tidak jauh berbeda dengan ormas yang lain. Persis lahir sebagai salah satu organisasi yang berkonsentrasi pada kajian pemikiran ke-Islaman dan penyebarluasannya melalui media masa popular sehingga dapat dinikmati oleh khalayak umum. Pada perkembanganya, Persis lebih mamilih bidang dakwah (bil-lisan dan  bil-kitabah) dan pendidikan untuk memperluas aktivitas awalnya.
            Disadari sejak awal bahwa Persis bukan gerakan yang menggarap semua bidang. Oleh sebab itu, Persis akan cenderung mendukung gerakan (organisasi) lain yang mengerjakan hal berbeda. Bahkan , dalam beberapa hal banyak organisai lainpun banyak yang mempercayakan pada persis mengenai hal-hal tertentu yang menjadi “spesialis” Persis. Misalnya, ini terjadi ketika Persis pertama kali mengungkap kesesatan Ahmadiyah tahun 1930-an. Organisasi lain yang tidak mendalami masalah dan bidang ini, menyerahkan kepada Persis untuk menjadi ketua komisi aliran sesat pada kongres Al-Islam pada tahun 1941. Demikian pula, Persis dengan sukarela akan mendukung gerakan yang bergerak pada bidang berbeda, tapi visinya sama-sama ingin menegakkan dînullâh.
Disini pula kita dapat memaklumi mengapa dalam hal politik, terutama yang bersifat praktis, Persis mempercayakan kepada Masyumi yang memang didirikan sebagai partai politik Islam yang bertujuan mewadahi kepentingan-kepentinga umat Islam di Indonesia. Persis secara umum setuju dengan pemikiran dan agenda-agenda politik Masyumi, sekalipun dalam beberapa hal tentu saja ada perbedaan pandangan dan pemikiran. Akan tetapi, secara umum Persis mendukung sepenuhnya semua kebijakan yang diambil Masyumi dalam bidang politik.
            Bila demikian, bagaimana sesungguhnya pandangan Persis sendiri mengenai politik yang pada tataran praktisnya diserahkan kepada Masyumi? Sekalipun sebetulnya dengan melihat keterlibatan Persis di Masyumi. Akan tetapi, sebagai bahan perenungan bagi generasi-generasi Persis dimasa berikutnya ada baiknya beberapa pokok pikiran Persismengenai politik dapat dijelaskan secara sangat ringkas berikut ini.
            Pertama, masalah Persis dan doktrin politik Ahlus-Sunnah wal-Jamaah. Dalam hal ini Persis yang sangat rigid berpegang pada formulasi-formulasi fiqih, tidak jauh berbeda dengan gerakan Ahlus-Sunnah manapun, yaitu memiliki kewajiban dan keharusan mengangkat pemimpin bagi kaum muslimin dari kalangan kaum muslimin sendiri. Persis tidak meyakini Imâmah seperti yang diyakini Syi’ah. Persis percaya bahwa proses pengangkatan pemimpin sepenuhnya bergantung pada proses pemilihan yang tekhnisnya diserahkan sepenuhnya kepada umat, bukan pada wasiat dari Rasulullah saw. sebagaimana yang diyakini oleh Syi’ah.
            Kedua, Persis dan masalah khilafah. Mengenai masalah khilafah ini, pemikiran Persis sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh Rasyid Ridha melalui majalah Al-Urwatul Wutsqa yang dilanggan oleh A. Hasan. Bagi Persis, mendirikan suatu kekhalifahan yang melampaui batas-batas nasional adalah suatu yang mutlak harus dilakukan. Ia menolak paham nasionalisme yang akan mengkotak-kotakan negri muslim. Kecenderungan ini disebut sebagai kecenderungan pada Pan-Islamisme.[4]
            Kecenderungan Persis kepada Pan-Islamisme memang jelas. Misalnya hal ini diperlihatkan dalm berita-berita majalah Al-Lisan, majalah resmi Persatuan Islam pada tahun 1930-an, yang member dukungan kepada gerakan-gerakan yang ingin merivitalisasi kembali kekhalifahan Turki Utsmani. Misalnya dalam salah satu edisinya dimuat tentang kongres Islam Eropa tanggal 12 September 1935 yang diprakarsai oleh Amir Syakib Arsalan. Dalam kongres itu antara lain diputuskan tentang ajakan kepada umat Islam diseluruh dunia untuk bersatu kembali membangun kekuatan setelah Turki Utsmani runtuh. (Al-Lisan, No. 1, 27 Desember 1935: 25)
            Ketiga, Persis dan sikapnya terhadap Republik Indonesia. Sekalipun persis menolak nasionalisme sebagaimana terlihat dalam polemic-polemik Soekarno dengan Natsir dan A. Hasan, namun tidak berarti pada saat yang sama Persis menjadi antipasti terhadap berdirinya Republik Indonesia. Sebab, bagi Persis berdirinya Republik Indonesia adalah sebuah realitas yang tetap harus dihadapi. Bahkan, sekalipun kekhalifahan berdiri, tetap saja orang-orang di wilayah Indonesia akan lebih banyak mengurusi wilayah yag sekarang menjadi wilayah NKRI.
            Persis lagi-lagi setuju dengan pendapat Rasyid Ridha mengenai realitas bahwa negeri-negeri kaum muslimin akhirnya mendirikan negara masing-masing. Rasyid idha mengatakan:
            Inilah penjelasan paling mengena tentang kebolehan banyak pemimpin (ta’addud) karena darurat. Dia merupakan ijtihad yang tepat sama seperti ijtihad sebagian ulama tentang bolehnya menyelenggarakan beberapa majelis jum’at di satu negeri… hukum asalnya didalam syari’at memiliki tujuan yang sangat baik dalam berkumpul penduduk ini.jika ada beberapa perkumpulan jum’at, maka yang sah hanya yang telah terdahulu, sedangkan yang belakangan tidak sah. Ketika sudah diketahui sisuatu masjid sudah didirikan jum’at, maka tidak boleh didirikan jum’at di masjid itu ataupun di masjid yang lain di negeri itu. Siapa yang mendirikannya lagi, makashalatnya batal dan mereka semua berdosa; dan kewajiban shalat dzuhur pun belum gugur dari mereka. Diperbolehkan ada beberapa majelis jum’atkarena terpaksa sesuai dengan kadarnya, namun keadaanya sangat dilarang dalam keadaan normal. (Rasyid Ridha, Al-Khilafah. Dar El-Kutub Al-‘Ilmiyyah.1994: 58).
Kesetujuan terhadap pandangan tersebut tercermin dari tulisan A. Hasan:
            Yang dilarang oleh agama ialah mengurus suatu negeri atau mengajak orang lain pada mengurusnya secara kebangsaan, akni secara yang diatur sendiri oleh satu-satu bangsa dengan tidak mengambil tahu wet-wet Islam, sebagaimana Turki dan Irak, yang Tuan Soekarno jadikan Iman.
                Adapun mencintai suatu negeri dan mengajak yag lain mencintainya, sebagai bukti kecintaan itu dengan bekerja sendiri, atau membantu usaha orang-orang yang berkerja supaya negeri tersebut terurus dengan cara dan wet Islam itu, tidak terlarang, malah terpuji, terpuji sangat, bahkan suatu kewajiban atas tiap-tiap muslim (A. Hasan, Islam dan Kebangsaan. Pesantren Persis Bangil, 1984: 71).
Dari sana, kita dapat memahami dengan baik mengapa Persis mendukung Masyumi yang menjadi salah satu eksponen utama dalam membidani lahirnya Republik ini.
            Dalam konteks ini, sesungguhnya pemikiran Persis tidak jauh berbeda dengan kelompok Trabiyah ikhwani yang juga mencita-citakan berdirinya kekhalifahan sebagai symbol jamâ’atul-muslimin (Persatuan Kaum Muslimin Sedunia), namun tetap menjadikan realitas setempat sebagai batu pijakan. Mengenai ini, dibuktikan pula dengan keikutsertaan Persis dalam kongres-kongres Al-Islam yang berulang-ulang membicarakan mengenai masalah kekhalfahan, tapi juga ikut bersetuju ketika kongres Umat Islam tahun 1945 mneyetujui Masyumi sebagai partai politik wakil umat Islam yang turut berjuang mengawal dan mengisi kemerdekaan RI.
            Keempat, visi Persis bagi Republik Indonesia.sama halnya seperti pemimpin muslim yang lain. Perjuanngan utama Persis dalam Masyumi adalah untuk menjadikan Islam sebagai dasar Negara negeri ini. Bagi Persis, sekalipun menerima keberadaan RI, namun yang menjadi fokus utama adalah persatuan seluruh kaum muslimin dibawah bendera “khilafah”. Oleh sebab itu, untuk memungkinkan menuju kea rah sana adalah mutlak bahwa Indonesia harus mengasaskan dirinya pada “Islam”. Oleh sebab itu, Persis bersama-sam dengan eksponen  Masyumi lain berusaha sekuat tenaga menjadikan Islam secara legal formal sebagai dasar negara ini. Perjuangan ini terus dilakukan secara konsisten oleh Persis, salah satunya melalui siding-sidang konstituante, hingga akhirnya hasil siding ini digugurkan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
                Hingga hari ini, visi Persis tidak berubah, yaitu ingin menjadikan Islam sebagai dasar bagi penyelenggaraan negara ini. Oleh sebab itu, ketika era Reformasi yang amat bebas tiba, maka yang menjadi pertimbangan utama Persis untuk menitipkan idealismenya dalah partai yang memperjuangkan syari’at Islam tegak di bumi Allah.
                Keempat pokok persoalan mengenai Persis dan Politik diatas sudah cukup menggambarkan bagaimana posisi politik Persis yang sesungguhnya. Untuk kondisi politik Indonesia saat ini, visi Persis seperti diatas kelihatannya tidak banyak berubah. Persis tetap percaya akan kewajiban menegakkan kpeemimpinan kaum muslimin secara mondial, hanya saja apabila belum mungkin kearah sana, negeri tempat dimana kita berpijak harus dikelola dan diperjuangkan semaksimal mungkin agar dapat memungkinkannya menjadi jembatan tegaknya kemimpinan Islam global. Wallahu A’lam.


[1] Sebagiannya kini bergabung dalam Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sebelumnya, pada saat awal didirikan tahun 1998, bernama Partai Keadilan (PK).
[2] Tujuan politik utama dari kedua gearakan ini (Hizbut-Tahrir dan Tarbiyah) sesungguhnya tidak terlalu berbeda, yaitu tegaknya Khilafah Islamiyah yang beroperasi secara internasional. Hanya saja, Hizbut-Tahrir tidak membenarkan ikut dalam system yang ada (demokrasi) sebagai wasilah untuk mencapai tujuan. Semen tara Gerakan Tarbiyah ‘meng-halalkannya’. Kesamaan tujuan, tapi cara yang berbeda ini ternyata dilapangan justru malah menjadi gap yang sangat dalam diantara kedua gerakan ini. Diantara keder-kadernya saling bersaing-yang seringkali tidak sehat- dalam berbagai lapangan.
[3] Sarekat Islam dalam sejarahnya pernah berorientasi politik dan berubah menjadi partai local Indonesia dengan nama Partai Sarekat Islam (PSI) dan kemudian Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
[4][4] Dukungan Persis terhadap keharusan mendirikan kekhilafahan ditegaskan kembali oleh generasi yang lebih muda tahun 2005 melelui Dewan Hisbah yang mengeluarkan fatwa bahwa wajib hukumnya untuk menegakkan kekhalifahan.

Kamis, 19 April 2012

KADERISASI BADAN EKSEKUTIF, MAHASISWA UTSMAN BIN AFFAN


Perekrutan anggota baru Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Utsman bin Affan (UBA), Jakarta. Yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret s/d 1 April 2012. Perekrutan anggota bar atau kaderisasi ini, masih kurang dan belum sampai pada tahap samanya antara BEM dan Utsman bin Affan-nya.
Menurut saya yang pertama, adalah kaitannya antara UBA atau BEM UBA yang tidak bisa dipisahkan dengan Persatuan Islam (PERSIS). Dan BEM UBA ini harus memilikidan memegang karakter PERSIS, karena mau tidak mau harus mau. Sebab UBA adalah sebuah lembaga milik PERSIS. Dan akan memalukan jika mahasiswa Utsman  bin Affan tidak tau mengenai persis, bahkan tidak mengenalnya.
            Menurut salah satu peserta kaderisasi BEM UBA, ada selebaran yang dibagikan kepada peserta, untuk penunjang materi yang sedang disampaikan oleh pemateri itu, yang di dalamnya ternyata si pemateri (yang juga sebagai salah satu pengurus BEM UBA) salah menyantumkan tokoh pendirir PERSIS. Iini benar-benar menjadi pertanya besar, apakah si pemateri salah karena lupa atau benar-benartidak tau?
            Bahaya kalau hal ini benar-benar berasal dari ketidak tahuan sang pemateri, karena yang seharusnya pengurus BEM UBA itu sudah mengusung PERSIS sebagai dasar BEM UBA, ini malah dirinya pun belum tahu tentang PERSIS. Ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi para pengurus BEM UBA untuk memperbaharui semuanya, dan menurut saya ini benar-benar sangat penting, bahkan harus tegas dan tidakboleh main-main,kalaulah sampai pada tahap penasehat BEM UBA tidak tahu tentang PERSIS, saya rasa jangan diakui dari Kepenasehatan BEM UBA. L.A.M