Sabtu, 31 Desember 2011

TUHAN

Hanya satu! Hanya ada Satu
Dan tak ada yang bisa menyamai-Nya,
Dan tak ada yang melahirkan-Nya
Ataupun dilahirkan oleh-Nya.

Andai semua yang berakal tau, pasti
Tak ada dalam hatinya
Kecuali Dia.
Dia akan menjadi segalanya dalam hidupnya

Namun ketikayang berakal dibutakan
Oleh musuh yang nyata, pasti
Tak ada dalam hatinya,
Kecuali segala sesuatu tanpa Dia.

Rasanya lebih dari sekedar anak ayam
Yang baru menemukan lagi induknya;
Bagi kalian yang selalu ada Dia dalam kehidupan kalian
Karena Dia adalah yang Maha Segalanya bagi kita.

Tsunami, gempa bumi, bahkan gunung meletus;
Itu tak seberapa, disbanding balasan
Bagi kalian yang tak ada sedikitpun Dia
Dalam kehidupan kalian.

Oleh : Lutfi Anwar Muchtadi

Rabu, 29 Juni 2011

Sajak yang ditulis oleh Hamka pada sidang konstituantee tanggal 13 november 1957, yang kemudian disispkannya kedalam saku baju pak Natsir, ketika pak Natsir turun dari mimbar. sajak itu berbunyi:

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga

Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa

Jibril berdiri di sebelah kananmu
Mikail berdiri di sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberi tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu, hai Natsir, suara kaummu

Kemana lagi Natsir, kemana kita pergi
Ini berjuta kaawan sefaham
Hidup da Mati bersama-sama
Untuk menuntut riha Ilahi
Dan akupun masukan
Dalam daftarmu........

Minggu, 12 Juni 2011

ORMAS ISLAM TOLAK SYI’AH
Tinggalkan sebuah Komentar Posted by pemudapersatuanislam pada 06/10/2011

Jumat, 10 Juni 2011, dilangsungkan deklarasi menolak Syi’ah. Berbagai ormas hadir di Masjid Alfurqan Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) Jakarta. Disamping itu, deklarasi ini pun menolak keberadaan Majlis Ukhuwah Sunni-Syi’ah (Muhsin).

Para pembicara dalam acara deklarasi ini adalah Habib Ahmad Zain Al Kaff (Yayasan Albayyinat dan PWNU Jatim), Ustadz Agus Tri Sundawi (Majelis Tarjih PP Muhammadiyuah), KH. Idrus Ramli (Pengasuh Ponpes Sidogiri Jatim), KH. Cholil Ridwan (BKsPPI dan MUI), dan Ust. Tiar Anwar Bachtiar (Persatuan Islam).

Kesempatan pertama diisi oleh KH. Khalil Ridwan. Ketua MUI Pusat ini menyampaikan: “Persoaalan Sunni-Syi’ini persoalan lama. Bukan puluhan tahun, tapi ratusan hingga ribua tahun” . Nama Sunni-Syi’i muncul setelah peristiwa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dulu itu tidak ada istilah sunni dan syi’i. Ketika ada orang yang mengelompok, dan mengelompok ini dalam bahasa Arab adalah syi’ah, kelompok ini menamakan diri sebagai Syi’i pada zaman itu. “Setelah adanya nama nama syi’i/ syi’ah, yang tidak syia’ah siapa? Maka muncul istilah sunni” papar kiai Khalil.

Habib Ahmad Ahmad Zain Al Kaff menjelaskan: “Dari sekian banyak aliran-aliran sesat yang masuk ke Indonesia, yang paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara adalah aliran sy’ah Imamiyah.”

Untuk memuluskan propagandanya, Syiah era sekarang mengundang berbagai tokoh Islam ke Iran. Mereka diperlihatkan kemajuan Iran, dan pada akhirnya diharapkan simpati atau tidak menghalangi propaganda mereka. Dalam hal ini, Habib Ahmad Zain Al Kaff menegaskan: “Kenapa mereka tidak diberitahukan berapa mesjid sunni yang Syiah ratakan? Berapa ulama sunni yang hari ini masih dipenjara? Kalau mereka hari ini mau mengadakan ukhuwwah Islamiyyah di Indonesia, mengapa hal itu tidak mereka lakukan dengan sunni yang ada di Iran? Mengapa gerak mereka senantiasa dibatasi, dikekang dan diintimidasi?”

Mengutip amanat M. Natsir, Ust. Agus Tri Sundani mengingatkan bahwa masalah Syi’ah di Indonesia adalah layaknya bom waktu. “Pada masanya, kalau dibiarkan oleh kita, akan meledak.” Dalam ceramahnya ini beliau mengingatkan, bila mereka tidak henti-hentinya menyebarkan ajaran sesatnya, maka kita pun jangan berhenti untuk terus menyampaikan dakwah mengenai ajaran Islam yang benar.

Sementara KH. Idrus Ramli, yang pernah beberapa kali berdebat dengan orang Syi’ah secara terbuka di forum umum, menyatakan bahwa Syiah adalah aliran sesat. Peneliti dan pengasuh pesantren Sidogiri ini menegaskan bahwa: “Pendiri NU, KH. Hasyim As’ari dalam kitabnya syarah ahlussunah waljama;ah, halaman 11 dan 12, beliau aliran syiah termasuk aliran sesat. Jadi tidak ada tawar menawar.” “Karenanya, kalau ada orang NU atau pengurus NU mencoba-coba mengakui agama syiah atau ajaran syiah, menganggap syiah bukan ajaran sesat, itu berari tidak mewakili NU, tetapi mewakili kepentingan pribadinya,” tegas pengurus NU Jawa Timur ini.

Dalam deklarasi ini, terjadi penyusupan. Sekitar lima orang yang ditenggarai dari syiah, 1 perempuan dan 4 laki-laki, menyebarkan selebaran yang kontra produktif terhadap acara mewaspadai syiah yang diadakan. Satu orang dapat ditangkap, sisanya melarikan diri. Laskar Pembela Islam (LPI) yang hadir sudah mencurigai gerak-gerik orang tersebut. Karenanya, berhasil mengamankan penyusup dari syiah.

Diantara ormas yang hadir dalam deklarasi ini adalah dari Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyyah, Persis, Al-Irsyad, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Hidayatullah, BKSPPI, Wahdah Islamiyah, DDII,Harokah Sunniyah Untuk Muslimin (Hasmi), Al-Bayyinat, dan Forum Kajian Aliran Agama (FKAA) dan lain-lain.

Dekalarasi ini menyatakan:
1. Ahlussunnah tidak dapat dipersatukan dengan Syi’ah, karena berbeda dalam ushuluddin (akidah/tauhid).
2. Syi’ah berbahaya bagi agama, bangsa, dan negara.
3. Mendesak MUI untuk mengeluarkan fatwa lagi tentang sesatnya Syi’ah secara tegas.
4. Mendesak pemerintah agar melarang Syi’ah dan aktivitasnya di seluruh wilayah Indonesia, agar tidak timbul konflik seperti di Irak, Yaman, Pakistan, dan negara lain.
5. Menolak keras MUHSIN (Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah) yang digagas beberapa waktu lalu oleh aktivis-aktivis Syi’ah dan oknum yang mengatasnamakan Muslimin Indonesia di Jakarta.

Kamis, 09 Juni 2011

Dibalik Tangan-Tangan Yahudi

Dimana ada loge freemasonry, disitu mereka melakukan propaganda untuk membela kepentingan mason (loge freemasonry). Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Artawijaya didalam bukunya yang berjudul “Jaringan Yahudi Internasional di Nusatara” di atas. Maka wajib untuk kita berhati-hati dalam suatu hal, karena belum tentu campur tangan Yahudi itu terlihat tidak menipu daya kita. Banyak bukti-bukti dan peristiwa-peristiwa yang ternyata ada campur tangan Yahudi yang memang telah ditutupi dari sejarah yang sebenarnya, bahkan Yahudi menguasai pers di Indonesia pun itu sengaja ditutup dari sejarah.
Ini bisa dilihat dari pemberitaan di Deli Courant pada 5 April 1993 yang membantah bahwa gerakan Freemasonry bukan gerakan politik yang membahaykan pemerintah. Di Deli sendiri, pada tahun 1888, Freemasonry sudah mendirikan loge tempat mereka menjalankan ritual dan pertemuan. (Dr. Th Stevens, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004, hlm. 408). Bukti tentang propaganda pers Freemasonry di Hindia Belanda adalah keterkaittan Javasche Courant (Koran Jawa) dengan organisasi Yahudi tersebut, yang dapat dilihat dari keterlibatanya dalam upaya pendirian loge De Ster in het Oosten di Batavia. Dua tahun sebelum loge besar itu berdiri, pada 9 mei 1856, Javasche Courant, menyerukan kepada seluruh anggota Fremasonry di Hindia Belanda untuk bergotong royong membantu pendanaan pembangunan loge itu yang memakan biaya 40.000 gulden. (dikutip dari Artawijaya, Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010, hlm. 156. Yang dikutip juga dari Scott Merrillees, Batavia in Nineteenth Century Photographs. Artawijaya mengatakan, bahwa buku ini, selain memuat foto loge De Ster in et Oosten, juga memuat keterangan-keterangan soal keberadaan freemasonry di Indonesia). Bukti lain soal keterlibatan Freemasonry dalam dunia pers di Hindia Belanda terlihat dalm aktivitas Carell Eliza van Kasteren, petinggi Loge La Constante et Fidele di Semarang yang juga pemimpin redaksi De Locomotief.(Ulbe Bosma dan Remco Raben, Being Dutch in The Indies; A History of Creolisaation and Empire 1500-1920, Singapore: National University Press, 2008, hlm. 252)
Lalu sebuah artikel yang ditulis GS Sam Ratu Langi di Majalah Asia Raya, 29 April 1923. Tentang “Judaisme”, menyatakan bahwa semua pemimpin persuratkabaran Belanda di Indonesia, dikelola oleh bangsa Yahudi atau orang-orang Belanda keturunan Yahudi. Sam Ratu Langi mencatat beberapa nama, seperti Van Goudoefer dari surat kabar De Locomotief, J.H Ritman dari Bataviasch Handelsblad, De Vries dari De Jayabode, Van Bovenen dari Aneta, Wybrands dari Neuws van den Dag, dan Sluimer dari Surat Kabar A.I.D yang kesemuanya adalah orang-orang Yahudi. (Lihat Artawijaya, Gerakan Theosofi di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010 dalam sub-bab Pers Propaganda Theosofi dan Fremasonry di Indonesia, hlm. 131)
Surat Kabar A.I.D yang dikelola oleh orang Yahudi di Indonesia, mempunyai catatan kelam dalam melecehkan ajaran Islam. Suatu hari, Mohammad Natsir dan murid-murid dari AMS Bandung yang kebanyakan umat Islam, diajak oleh gurunya untuk mnedengarkan ceramah seorang pendeta Protestan, A.C Christoffel, disebuah gereja yang baru selesai dibangun di daerah Pieters Park (Taman Merdeka). Dalam ceramah yang berjudul “Mohammed als Profeet (Muhammad sebagai Nabi)”, Christoffel banyak memutarbalik fakta sejarah dan melakukan pelecehan terhadap Nabi Muhammad.
Bahwa Pendeta Chistoffel, meski mengakui Muhammad sebagai Nabi, tetapi dia hanya menganggap Muhammad sebagai Nabi dalam Perjanjian Lama kelas tiga saja. Muhammad juga dianggap sebagai pembuka jalan kebenaran bagi Kristus yang sebenarnya, dan Muhammad juga dianggap sebagai sosok yang mempunyai nafsu seksual yang besar dan menuduh ‘Aisyah Radliallahu ‘anha telah melakukan zina.
Ceramah pendeta Christoffel itu kemudian dimuat secara berseri di Surat Kabar A.I.D pada September 1929. Mohammad Natsir dan Fakhroedin Kahiri yang pada waktu itu juga aktif di Jong Islamited Bond (Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia) kemudian mendatangi Ustadz Ahmad Hassan, guru di Persatuan Islam (Persis). Dari pertemuan itu kemudian diusulka untuk dibahas dalam rapat Komite Pembela Islam, sebuah komite yang didirikan oleh para aktivis Persis yang bertujuan untuk melawan segala bentuk opini yang menistakan ajaran Islam. (Ajip Rosidi, M. Natsir Sebuah Biografi, Jakarta: Girimukti Pusaka, 1990, hlm. 43 yang dikutip oleh Artawijaya dalam buku Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010, hlm.157)
Lalu Artawijaya menambahkan didalam bukunya yang berjudul “Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara”. Bahwa dari fakta di atas, jelaslah bahwa media massa propaganda Freemasonry, baik yang secara resmi dengan menggunakan identitas nama oragnisasi mereka atau media massa yang berada dikontrol gerak mereka, kerap kerap melakukan pelecehan terhadap Islam. Mereka yang berasal dari kalangan asli yang ada di Indonesia saat itu, adalah para Mason yang selalu mengobarkan kebencian terhadap Islam.